Bantah Statemen Pj Heru, Eks Warga Kampung Bayam Tersiksa di Rusun Nagrak

SiberKota.com, Jakarta – Eks Warga Kampung Bayam bantah atas statemen Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono yang menyatakan mereka telah hidup nyaman di Rusun Nagrak.

Salah seorang warga, Shirley (41) yang tinggal di Lantai 13 Rusun Nagrak mempertanyakan maksud dari statemen tersebut.

Pasalnya, kata “nyaman” itu hanyalah versi dari Pj Gubernur. Sebab, kunjungan Heru ke Rusun Nagrak hanya beberapa menit.

“Nyaman versi siapa nih? Versi warga atau versi PJ? Kalau Pak PJ mungkin hanya melihat kita sebentar doang, ya nyaman, tetapi kami yang merasakan sudah 4 bulan,” ungkapnya, Minggu (28/1).

Shirley menyatakan, kehidupannya di Rusun Nagrak ini sangatlah susah dan jauh dari akses transportasi.

“Kami harus pontang-panting kemana-mana, akses jauh. Oke, memang ada Jak Lingko, tapi waktu dan jarak bikin kita susah,” tukasnya.

Tak hanya itu, Shirley mengungkapkan bahwa Rusun Nagrak merupakan hunian yang tidak ramah dan aman untuk anak-anak.

Pasalnya, ada anak dari eks warga Kampung Bayam menjadi korban tindak kejahatan pencabulan.

“Tidak ramah anak. Desember kemarin terjadi kepada salah satu anak kami ada yang terkena pencabulan di sini (Rusun nagrak),” ucapnya.

Saat tinggal di Rusun Nagrak, Shirley dan eks warga Kampung Bayam lainnya menjadi waspada terhadap keamanan anak-anak.

Sehingga, saat anak-anaknya bermain, ia harus menjaga agar tidak terjadi sesuatu seperti yang pernah anak temannya alami.

“Jadi, anak-anak sampai sekarang kita jaga-jaga untuk antisipasi. Saya panta, saya bilang mainnya di sini aja, jangan ke bawah,” terangnya.

Ia merasa, lebih nyaman tinggal di tenda berbulan-bulan saat di hunian KSB. Sebab, tidak perlu khawatir atas keamanan anak-anak.

“Selama tinggal di tenda berbulan-bulan anak kami tidak pernah mengalami semacam pencabulan,” tandasnya.

Eks Warga Kampung Bayam Merasa Tersiksa Tinggal di Rusun Nagrak

Salah seorang eks warga Kampung Bayam lainnya, Refly Lingkong (58) menyatakan bahwa ia merasa tersiksa tinggal di rusun Nagrak.

Sebab, saat Refly berjuang mencari nafkah, jangkauan ke tempat pekerjaannya sangatlah jauh.

Ia merasa, tinggal di Rusun Nagrak tidak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, untuk membuka usaha saja kebingungan.

“Jauh jangkauannya (kerja), kita tidak bisa berbuat apa-apa di sini, ini kayak di panggang, kita tersiksa tinggal di sini,” bebernya.

Menurut Refly, Pj Gubernur mengabaikan hal-hal lainnya tentang pemindahan eks warga Kampung Bayam ke Rusun Nagrak ini.

Refly mengutarakan, Pj Gubernur tidak memikirkan tentang nasib pekerjaan eks warga Kampung Bayam.

Bahkan, Pj Gubernur telah mengatakan bahwa pemindahan eks warga Kampung Bayam kesini telah final.

“Belum selesai! Ini bicara nasib kita, berbicara masalah makan, berbicara masalah anak-anak tidak tercukupi. Malahan, bukan hanya tidak tercukupi, kami tidak mempunyai apa-apa,” jelasnya.

Lebih parahnya, Refly menyebutkan bahwa teman-temannya banyak yang sudah tidak bekerja, karena terjadi pemecatan.

“Banyak teman-teman kami yang tidak bekerja lagi karena dipecat, terlalu jauh bekerja,” katanya.

Perihal statemen Pj Gubernur yang akan memberikan lapak usaha, menurut Refly bahwa solusi itu tidak lah tepat.

Sebab, membuka usaha belumlah tentu siapa pembelinya, apabila semua berjualan atau berdagang.

Untuk itu, Refly meminta perhatian dari Pj Gubernur agar memberikan solusi dengan pikiran yang jernih atas keadaan saat ini.

“Kita mau Pak Heru berfikir jernih mengenai keadaan kita di sini, jangan hanya mengeluarkan statemen-statemen kosong yang belum menghasilkan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, terdapat 35 Kartu Keluarga warga eks Kampung Bayam yang menempati rusun Nagrak.

Kesemuanya, mereka tinggal di Rusun Nagrak ini menempati 4 lantai di Tower 3, yakni lantai 12, 13, 14, dan 15.

Baca berita SiberKota lainnya, di Google News

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.