Akademisi Untirta Jelaskan Dampak Buruk Emisi Korban
SiberKota.com, Cilegon –Akademisi Universitas Tirtayasa (Untirta), Profesor Anton Irawan menjelaskan dampak buruk dari emisi karbon pada diskusi publik transisi energi di Kota Cilegon, Rabu (5/6).
Anton mengungkapkan bahwa emisi memiliki dua macam, emisi yang berdampak pada lokal dan regional.
“Emisi itu kan ada dua macam yah, emisi yang berdampak lokal atau regional itu biasanya berhubungan dengan kesehatan secara langsung. Itu biasanya kena CO2, Nox, atau partikula dua setengah itu akan mengalami sesak napas kemudian permasalahan kesehatan,” jelasnya.
Lalu, permasalahan pada transisi emisi karbon pada industri, dalam solusinya bisa dengan cara memasang pengendali emisi.
“Nah itu harus dikendalikan, cara kendalikan dengan pasang pengendali emisi. Saya rasa seluruh pembangkit harusnya sudah ada. Saya sudah ke beberapa pembangkit mereka untuk partikulat udah terkendali menggunakan ESP. Itu yang harus dikendalikan,” urainya.
Menurut Anton, pembakaran berbahan bakar fosil merupakan transisi emisi karbon yang paling berbahaya. Sebab, mempengaruhi suhu di bumi.
“Yang dibicarakan tadi adalah masalah pembakaran batubara untuk ke CO2. Bukan hanya batubara, bahan bakar semuanya fosil. Karena CO2 ini adalah yang nanti ada di atmosfer bumi. Sehingga sinar matahari itu yang masuk ke bumi tidak bisa keluar lagi, karena terhalang oleh gas-gas tadi, gas rumah kaca. Sehingga di bumi ini akan naik temperaturnya, diharapkan masih di bawah 2 derajat yah, bahkan bisa 1 setengah. Dibandingkan dengan kondisi pada saat revolusi industri dimulai. Kan acuannya disana,” paparnya.
Kepada pemerintah, Anton meminta agar transisi emisi industri ini mesti diawasi pada skala ambang batasnya.
“Pemantauan, karena itu wajib. Selama ini kan report laporan setiap enam bulan bagaimana kondisi emisinya itu bagus. Kalau bisa sistemnya enggak bisa kita kunjungi semua pabriknya, tapi bisa diacak. Atau laporan masyarakat yang harus bisa aware dia terkena dampak emisi dia berbicara jangan sampai akhirnya diam saja. Tapi tetap kita juga harus berfikir jangan sampai juga industri mandek, itu kan harus dicari jalan tengahnya. Coba industri tetap jalan, tapi industri harus menginvestasikan pengendalian emisinya,” pungkasnya.
Baca berita SiberKota lainnya, di Google News