SiberKota.com, Banten – Manuver Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 ini terlihat di berbagai daerah.
Pengamat Politik, Miftahul Adib menilai, alasan adanya manuver ini karena sosok Prabowo Subianto yang merupakan Presiden Indonesia terpilih merupakan sosok Raja tanpa Adipati.
“Kalau saya mengatakan hasil Pileg Pemilu di 2024 Prabowo itu raja tanpa wilayah. Alasannya adalah perolehan suara Gerindra di masing-masing Kota maupun Provinsi itu kalah jauh dengan Golkar dan PDIP makanya walaupun Prabowo menjadi Presiden tapi saya katakan dia adalah raja tanpa wilayah yang punya wilayah partai-partai seperti PDIP dan Golkar,” ungkapnya, Senin (29/7).

Adib melanjutkan, salah satu contoh nya adalah konstalasi pusat yang bermain di Pilkada Banten 2024.
“Karena memang besok oktober Presidennya adalah Prabowo Subianto, Pemilunya adalah November 2024 selang satu bulan itu kalau kita melihat konstalasi pusat, sehingga kalau memaksakan KIM (Koalisi Indonesia Maju) harus berkoalisi misalnya di Provinsi agak berat. Contoh seperti Banten misalnya, iya kan? Banten itu ngga mungkin Airin mau di dalam KIM kalau porsinya kecil dan itu ya wajar karena memang parameter yang dihadirkan Airin kan juga jelas,” paparnya.
Masalahnya, kata Adib, parameter elektabilitas Airin sulit dikalahkan meski penantangnya, Andra Soni – Dimyati Natakusumah memiliki koalisi gemuk.
“Parameter ngga bisa dibantah kan adalah perolehan Pileg misalnya, suaranya Rano Karno mantan Gubernur, suaranya WH mantan Gubernur dijadikan satu, tetap ngga mengimbangi Airin. Suka atau tidak Airin jalannya menurut saya benar dipresure Gerindra dengan koalisi gemuk itu. Dia tidak bergeming walaupun sekarang presure sekarang di dia tidak mendapatkan tiket misalnya ya politik harusnya seperti itu menurut saya, kalau memang tidak ada tujuan untuk menang ngapain harus berkoalisi. Kan, gitu,” terangnya.
Menurut Adib, satu-satunya langkah koalisi penantang untuk mengalahkan Airin di Pilgub Banten 2024 ialah caranya dengan tidak melawannya.
“Nah, makanya saya katakan Andra Soni dan Dimyati emang mewakili ceruk irisan elektoral antara Tangerang Raya dan Banten Raya, karena Dimyati kan mantan Bupati Pandeglang begitu, tetapi ya itu yang baru fiks gitu kan. Walaupun yang dikeluarkan di KPU itu tanggal 27 agustus sampai dengan tanggal 29, tetapi Andra Soni kalau mau peluang besar menang dia harus lawan kotak kosong, karena kalau lawan Airin saya katakan berat hanya kalau mau peluangnya besar Airin harus di ganjal, jangan dikasih tiket Golkar, harus dijadikan musuh politik bersama itu. Cuman pertanyaannya apakah segampang itu mengganjal Airin?,” tutupnya.
Baca berita SiberKota lainnya, di Google News