Korban Banjir Palopo Masih Mengungsi di Tempat Ibadah

Siberkota.com, Palopo – Ratusan warga terdampak banjir yang terjadi di empat kelurahan, yaitu Kelurahan Pentojangan, Jaya, Sumarambu dan Salubattang, Kecamatan Telluwanua, Kota Palopo, Sulawesi Selatan (Sulsel) yang terjadi Sabtu (30/10/2021) masih belum dapat kembali kerumah. Sebagian besar korban masih menempati lokasi pengungsian di tempat ibadah.

“Semoga tidak ada korban jiwa. Dan hingga saat ini kami masih terus melakukan pendataan di lokasi kejadian termasuk menginventarisir kerugian material yang terjadi akibat banjir tersebut,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Palopo Antonius Dengeng, Minggu (31/10/2021).

Saat ini, semua stakeholder terkait masih terus melakukan pendataan maupun pelayanan warga yang terdampak. Namun dipastikan, belum ada data korban jiwa dalam bencana ini.

Sehari sebelumnya, Menurut Kepala Seksi Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulsel, Andi Wahid, banjir juga terjadi di Kelurahan Mancani, Kecamatan Telluwanua. Sebanyak 55 rumah terendam dengan ketinggian 30 sentimeter hingga 1 meter.

“Banjir terjadi karena memang intensitas hujan yang cukup tinggi belakangan ini. Dan pihak BMKG juga sudah menyampaikan prakiraan cuaca jika masih akan terjadi hujan dengan intensitas ringan hingga tinggi,” terang Wahid.

Dia juga menyebutkan, jika BPBD Sulsel sudah ada di lapangan dan memberi bantuan logistik pangan dan logistik shelter.

BNPB pun telah meminta BPBD di seluruh provinsi untuk mengambil langkah kesiapsiagaan, khususnya pengaruh yang lebih buruk fenomena La Nina di musim hujan.

Abdul Muhari, Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB mengatakan, itu bertujuan untuk mencegah maupun menghindari dampak buruk bahaya hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, tanah longsor dan angin kencang, yang dipicu fenomena tersebut.

“Kewaspadaan dan kesiapsiagaan pemerintah daerah dan masyarakat ini menyikapi analisis informasi BMKG mengenai potensi La Nina di Indonesia yang dapat terjadi pada periode Oktober 2021 hingga Februari 2022. Fenomena tersebut merupakan anomali iklim global yang dapat memicu peningkatan curah hujan,” pungkasnya.

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.