Nasib Warga Cigobang Jika di Adu dengan Nasib Gubernur Banten Andra Soni
Siberkota.com, Lebak – Nasib warga Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebak Gedong, Kabupaten Lebak korban banjir bandang jika dibandingkan dengan nasib Gubernur Banten Andra Soni, dalam kurun waktu lima tahun terakhir tampak seperti ‘gerobak’ dan ‘mobil mewah.
Pasalnya, sejak peristiwa bencana banjir bandang yang menimpa 5 Kecamatan di Kabupaten Lebak pada tahun 2020, hingga saat ini sekitar 241 Kepala Keluarga masih tinggal di tempat pengungsian atau Hunian Sementara (Huntara).
Sementara Andra Soni, mengalami kemajuan yang spektakuler dalam karir politiknya. Bagaimana tidak, di 2020 Andra menjabat sebagai Ketua Lembaga Wakil Rakyat Provinsi Banten hingga 2024, dan kini ia terpilih dan menduduki kursi orang nomor 1 Banten sebagai Gubernur Banten.
Seiring waktu, hingga saat ini, Warga Cigobang masih tinggal di tempat pengungsian dengan kondisi menyedihkan. Mulai dari atap dan dinding yang terbuat dari daun pohon rumbia atau terpal plastik, hingga akses jalan yang masih tanah.
Berbanding terbalik, sebagai pejabat, kebutuhan hidup Andra pastinya difasilitasi oleh negara. Dimana dirinya, kemungkinan tak merasakan apa yang dirasa warga pengungsian tersebut.
Ironisnya, saat melakukan kunjungan ke lokasi pengungsian, Andra seperti mengakui atas keterlambatan Pemerintah dalam menangani persoalan, Kamis (29/5/2025).
“Kita mau melihatnya kedepan, kalau seandainya kita selalu melihat kebelakang kita jadikan catatan bahwa kita agak terlambat menangani permasalahan ini sehingga saya dengan Pak Hasbi Jayabaya akan terus berkoordinasi supaya apa yang diharapkan masyarakat yang menghuni huntara ini segera kita realisasikan,” tandasnya.
Meski begitu, Andra menjanjikan akan memberikan tempat berteduh yang layak atau hunian tetap bagi para korban bencana yang semangat hidupnya semakin berkarat setiap harinya.
“Alhamdulillah tadi kami telah berdialog dengan masyarakat keinginan masyarakat adalah dibangun hunian tetap nya di kawasan yang telah disiapkan oleh pemerintah Kabupaten Lebak, insyaallah secara bertahap kami akan melakukan upaya-upaya salah satunya itu adalah melakukan pengerasan jalan supaya bisa diakses kendaraan berat,” katanya.
“Secara perlahan kami juga akan merapihkan atau mematangkan lahan yang seluas 5,4 hektar yang tadi sama-sama lita lihat memang itu agak tinggi lahannya dan secara perlahan-lahan juga nanti beberapa hal yang menyangkut kebutuhan masyarakat terkait dengan hunian tetap nya akan kita laksanakan,” pungkasnya.
Sejumlah warga yang berhasil ditemui pada Senin (2/6/2025) menyampaikan beragam komentar dan keluhan.
“Kesabaran itu ada batasnya, kalau misalkan harus pindah ke Bogor ya pindah, kemana lagi kita. Kalau milih, kalau bisa saya milih di Bogor kalau pribadi saya gitu ya daripada kita tinggal aja disini, kemana lagi? Ngga ada perubahan apa-apa sengsara iya,”kata Emih.
“Intinya begini istilah kata kita punya rumah tapi tidak cukup menjilati rumah tapi kan titik kumpulnya di rumah, dari rumah lah kita mengatur rencana,”kata Raman.
Raman juga tidak banyak menuntut jika Pemerintah memberikan solusi konkret.
“Nggak jadi masalah, kita biasa jalan yang penting kita punya rumah. Istilah kata nama kampungnya juga kita sudah punya namanya Hegarsari. Kenapa? Karena kita merasa waw dari pada tinggal di bawah,”katanya.
Hingga informasi ini disampaikan, TitikKata masih berusaha menggali informasi lebih jauh.
Baca berita SiberKota lainnya, di Google News