Cakra Amaliyah Gebrakan Politik Umat

Siberkota.com, Tangerang – Globalisasi melahirkan zaman modern, yang memungkinkan setiap manusia berinteraksi tanpa terhalang oleh sekat adat istiadat, budaya bahkan agama. Rambu-rambu tersebut seakan hanya urusan privasi seseorang dan tidak perlu mengurusi persoalan publik.

Akibatnya timbul permasalahan masyarakat dari perubahan tersebut. Dampak dari ketidaksiapan masyarakat menerima globalisasi antara lain gaya hidup hedonis, gaya hidup bebas, penyimpangan seks akibat pornografi, melepaskan dari agama sehingga munculnya radikalisme, dan gaya individualisme yang mengakibatkan menurunnya daya kebersamaan, serta gaya hidup masyarakat yang tidak perduli peradaban, gaya pejabat yang dirasa tidak mampu menjadi perwakilan rakyat.

Untuk itu, Yayasan Cakra Amaliyah melakukan terobosan dalam gerakan keummatan dengan melihat permasalahan tuntutan masyarakat di era digital dan terkait kesiapan masyarakat dalam menghadapinya. Melihat tuntutan global dan kesiapan dari permasalahan tersebut, Cakra Amaliyah dalam perjuangan keummatan mengambil langkah politik umat, yang menggerakan masyarakat untuk mempersiapkan diri dalam kemandirian.

Sebagaimana menurut Hermanto Harun (2014) bahwa langkah revitalisasi peran politik umat sangat mendesak dilakukan dengan cara meng-install, atau minimal meng-update kembali, pemahaman kaum muslimin tentang integrasi Islam dan politik dalam realitas bernegara. Sehingga, sifat Islam sebagai agama yang kaffah sebagaimana yang telah disifati Allah SWT dapat menemukan kebenarannya.

Implementasi politik ummat direalisasikan dalam kemandirian masyarakat. Gerakan politik ummat harus dipahami sebagai dukungan masyarakat kepada pemerintah dalam pembangunan manusia Indonesia seutuhnya pada jiwa dan raga. Gerakan politik ummat Cakra Amaliyah merealisasikan kemandirian dalam pendidikan dan ekonomi ummat. Dimana kemandirian pendidikan adalah menjadikan nilai dan norma agama sebagai pondasi dari pendidikan untuk keluarga, sebagai inti dari terbentuknya masyarakat. Gerakan pendidikan Cakra Amaliyah dilakukan lewat jalur thoriqoh di bawah kepemimpinan K.H. Mohamad Winoto, dalam naungan bimbingan Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Yahya.

Sosialisasi kemandirian pendidikan melalui kelembagaan yang berada dalam payung hukum Cakra Amaliyah, diantaranya Majlis Pemuda Sadar, Majlis Samara, Majlis Sadar Manaqib, Majlis Shawat Jibril, Majlis Biruul Walidain, Majlis Khotimul Qur’an, Laskar Cakra Aswaja, Tim 11 Srikandi, Srikandi Sufi, Bebas Buta  Al Qur’an, Relawan Sadar Qur’an, Majlis musyafir indonesia, Pondok tahfidz Qur’an, Aliansi lintas suku, Peduli wong cilik. Cakra Amaliyah membantu masyarakat yang termarjinalkan, yaitu komunitas anak jalanan melalui Majlis Preman Beriman. Disamping itu menjalin hubungan dengan komunitas adat Guriang cakra yaitu syiar di bidang budaya dan penyatuan suku atau wilayah jawa sunda.

Kemandirian ekonomi juga dilakukan dalam gerakan Cakra Amaliyah melalui jaringan silaturahmi jamaah Cakra Amaliyah untuk kemitraan, dalam upaya mengangkat derajat ekonomi diantara saudara. Salah satu yang menjadi bentuk kerja ekonomi adalah pemeliharaan kambing dan lainnya. Gerakan Cakra Amaliyah dalam politik ummat di bidang budaya, ikut melestarikan alam/ cagar budaya dan membuat buku menelusuri babat wilayah, yang saat ini diutamakan di wilayah pantura. Gerakan ini dilakukan oleh Tim 11 Cagar Budaya Cakra Aswaja Cakra Amaliyah.

Agama merupakan way of life bermakna ajaran yang memberikan petunjuk, arah dan aturan-aturan (syariat) pada semua aspek kehidupan manusia guna memperoleh kebahagian di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, agama tidak boleh dikotak-kotakkan dan mempersempit ruang geraknya, Religius bukan hanya hubungan dengan tuhan, akan tetapi juga berhubungan dengan perwujudan sosial. Cakra Amaliyah menitralisir pengaruh pola pikir (ghazwul fikr) yang ditanamkan globalisasi terhadap dunia Islam, semboyan agama untuk tuhan, dan negara untuk semua merupakan ungkapan yang seringkali nyaring didengungkan untuk membuyarkan nilai dan norma kebenaran agama.

Dan realitas dengan bukti nyata bahwa orang yang berlabel keagamaan terperangkap dalam dinamika politik yang serupa dengan orang yang tidak memilki norma agama. Hal tersebut menjadikan manusia tergelincir pada pemahaman keliru peran dan fungsi agama. sebagai contoh Anthony Levandowski, yang menciptakan agama baru dimana agama sebagai Way of Future (2015) dengan mengembangkan dan merealisasikan ketuhanan berdasarkan kecerdasan buatan.

Medan perjuangan ummat tidak bisa dielakkan untuk menjelaskan kebenaran dari pertarungan memperebutkan legalitas. Bagaimana mengagamakan politik, sehingga tercipta tuntunan. Bukan justru menjadikan politik sebagai agama yang segalanya dipolitisasi sesuai selera, menjadi tontonan politik iblis yang berjubah agamawan atau agamawan yang berhati iblis. Gerakan Cakra Amaliyah menggugah daya belajar, agar masyarakat dewasa dalam menghadapi berita yang tersebar di media sosial. Sosialisasi tersebut dilakukan oleh Dr. Hj. Amaliyah, S.Ag., M.A., MCE., MOS. sebagai founder yayasan Cakra Amaliyah di bidang akademisi dengan memberikan pendidikan dan pelatihan penulisan kreatif dan kajian keilmuan dari penemuan penelitian terbaru pada mahasiswa, guru dan masyarakat.

Politik ummat yang langsung menjadi solusi jawaban dari permasalahan yang ada, justru dibutuhkan oleh masyarakat. Dan apabila di tingkat bawah masyarakat telah mandiri dan berpendidikan maka pemimpin yang dihasilkanpun adalah pemimpin yang riel dalam kiprah juang di masyarakat. Karena selama ini yang terjadi adalah pemimpin yang hanya dilihat dari ketenaran dan kemampuan finansial tanpa memahami kebutuhan masyarakat. Menurut Nurrahman (2011) Umat Islam tidak bisa terus menerus berlindung dibawah slogan bahwa Islam itu baik, yang jelek adalah orangnya. Sebab bagaimana orang lain bisa menaruh kepercayaan akan kebaikan Islam bila orang-orang Islam sendiri tidak bisa mencitrakan kebaikan Islam.

Cakra Amaliyah hadir dalam politik ummat, atas prinsip kemanusiaan dan keadilan. Dengan slogan keindahan “Penuhi Hati dengan Cinta hingga tak ada tempat untuk Benci”. Tegas menerima gagasan demokrasi konstitusional dalam wadah negara Pancasila. Karena tanpa adanya usaha sungguh-sungguh untuk mendekatkan kesenjangan antara gagasan ideal dengan realitas yang ada di masyarakat maka politik ummat akan kehilangan maknanya. Cakra Amaliyah mengajak masyarakat untuk mengembangkan potensi diri untuk bermanfaat pada lingkungan masing-masing sebagai kesiapan kemandirian masyarakat yang berilmu dan beriman.

You might also like
1 Comment
  1. […] Festival tersebut digelar agar masyarakat mengetahui sungai Mookervart merupakan salah satu potensi cagar budaya di Kota […]

Leave A Reply

Your email address will not be published.