Humanis Religius Mata Kuliah Bahasa, Sastra dan Agama

Oleh: Amaliyah

Siberkota.com, Tangerang Selatan – Tantangan era 5.0 adalah kehidupan bermasyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Namun tingginya teknologi tidak boleh menghilangkan esensi dari hakikat manusia.

Oleh karena itu, perlu dipersiapkan mahasiswa sebagai generasi agen of change yang siap dengan tantangan era 5.0. Oleh karena itu, perguruan tinggi harus mampu memberikan dukungan pengembangan mahasiswa baik pada kesiapan kompetensi maupun kesiapan kompetisi sesuai dengan nilai dan norma. Salah satunya adalah melalui mata kuliah yang diberikan.

Penyajian mata kuliah dalam program studi tentu harus mampu mengimplementasikan visi misi dari kerangka besar sebuah perguruan tinggi. Dalam beberapa kesempatan, bapak Dr (HC) Darsono selaku Ketua Yayasan Sasmita Jaya Group memberi penekanan pada humanis religius sebagai pondasi pendidikan di Universitas Pamulang (UNPAM).

Usaha pengembangan visi misi tersebut meliputi tiga faktor, yaitu: faktor pembangunan nasional (national de-velopment), faktor permintaan masyarakat (social demand), dan faktor ketrampilan hidup (life skills), meliputi: Moral-Spiritual Capasity Building (Pembinaan Kapasitas Moral-Spiritual), Intellectual and Academic Capacity Building (Pembinaan Kapasitas Intelektual dan Akademik), Institutional Capacity Building (Pembinaan Kapasitas Institusional), Social Capacity Building (Pembinaan kapasitas Sosial), Pasity Building (Pembinaan Kapasitas Kewirausahaan dan Manajerial).

            Dunia sastra tak kalah eksis dalam memperkuat pondasi visi misi humanis religius UNPAM. Salah satu gebrakan program studi sastra Indonesia adalah implementasi pada mata kuliah bahasa, sastra dan agama yang memenuhi faktor ketrampilan hidup (life skills) dengan lima unsur tersebut. Ruang lingkup yang saling terkait dari proses interdisipliner, multidisipliner, transdisipliner pada mata kuliah bahasa, sastra dan agama menjadi kontribusi nyata kemajuan pengembangan kurikulum program studi sastra Indonesia.

Bahasa, sastra dan agama merupakan disiplin terpisah, akan tetapi terdapat irisan yang saling terkait. Sastra butuh agama sebagai konten yang difasilitasi oleh bahasa, dan agama yang missioner butuh bahasa dan memberikan damai berbalut sastra, serta bahasa semakin meluas diperkaya oleh istilah agama, kemudian diperindah dengan sastra.

Pada Moral-Spiritual Capasity Building (Pembinaan Kapasitas Moral-Spiritual). Mata kuliah bahasa, sastra dan agama mengedepankan sisi-sisi kemanusiaan dan nilai-nilai keagamaan. Pada sisi nilai humanis mengedepankan sikap memanusiakan manusia dalam menghargai perbedaan dalam keberagaman, sedangkan nilai religius sebagai banteng terhadap persoalan dekadensi moral spiritual akibat dampak negative teknologi. Nilai karakter humanis religius diharapkan mampu menghantarkan proses pendidikan menuju keseimbangan dua sisi potensi dalam diri manusia, baik sebagai ‘abd Allah maupun khalifah Allah serta mampu menyeimbangkan hablun min Allah dan hablun min al-nas.

Pada Intellectual and Academic Capacity Building (Pembinaan Kapasitas Intelektual dan Akademik), Bahwa mata kuliah bahasa, sastra dan agama melakukan transformasi pendidikan dalam membangun nilai mahasiswa yang humanis dan religius, pertama pengembangan potensi, potensi manusia sebagai karunia Tuhan itu harus dikembangkan. Kedua, pendidikan adalah pewarisan budaya, memindahkan (transmission) nilai-nilai budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ketiga,interaksi antar potensi dan budaya.

Pada Institutional Capacity Building (Pembinaan Kapasitas Institusional), Kaprodi SASINDO, bapak Misbah Priagung Nursalim, S.S., M.Pd mengatakan bahwa kapasitas institusional harus mampu menjaga agama dalam eksistensinya pada gambaran matra pertama dan berusaha menggandeng disiplin lain pada gambaran matra kedua. Sebagaimana dalam kaidah fikih, al mukhafatu al qadimi al salih wa al-‘akhdu bi al-jadidi al-‘aslah. Mata kuliah bahasa, sastra dan agama akan mampu menjadi garda terdepan yang mampu menyajikan teks-teks bahasa dan sastra dapat mewujudkan tempat belajar yang berbudaya, untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai lokal dan tradisi.

 Pada Social Capacity Building (Pembinaan kapasitas Sosial), bahwa mahasiswa memerlukan bukan hanya pengembangan intelektual diri namun juga pengembangan intelektual sosial. Mata kuliah bahasa, sastra dan agama memiliki peran strategis untuk mengkonstruksi identitas nasional. Dengan sastra dapat lebih banyak belajar berbudaya dari apa yang seharusnya, terbukanya ruang untuk menggali prinsip dan nilai kebudayaan, menemukan hal-hal bermakna dalam budayanya, menemukan hal baru dalam komunitas lokal sosial masyarakat. Pengembangan tersebut melalui pendalaman dari karya sastra sastrawan dari dekade ke dekade yang telah berkembang. Sehingga mampu tercipta sensitif kapasitas sosial.

Pada Pasity Building (Pembinaan Kapasitas Kewirausahaan dan Manajerial), maka mata kuliah bahasa, sastra dan agama tampil  bukan hanya menpersyarati kajian kritis keilmuan tapi pembekalan implementasi praktek dalam komunikasi. Dalam agama, bahasa menjadi kiat sukses komunikasi di kehidupan sehari-hari, sebagai keniscayaan perintah Tuhan YME. Komunikasi yang berjalan di wilayah horizontal untuk membuat orang menjadi nyaman, bahagia serta menyelesaikan permasalahan. Hal tersebut terkait tanggung jawab diri di hadapan Tuhan YME. Saat ketrampilan bahasa sudah dimiliki mahasiswa, maka mahasiswa akan mampu dalam manajerial capaiannya baik kewirausahaan dan lain sebagainya.

Menarik pada mata kuliah bahasa, sastra dan agama memberikan pembekalan sebuah komunikasi bersifat vertikal tapi manfaatnya untuk horizontal. Pengajaran perkataan yang pantas sesuai norma dan nilai yang berlaku di masyarakat. Perkataan yang benar dan membangun suasana komunikasi yang kondusif. Mampu menjelaskan substansi isi dan redaksi tata bahasa pesan dalam mencapai komunikasi yang efektif dan efisien. Serta Bagaimana mata kuliah bahasa, sastra dan agama yang disampaikan dalam sebuah tema sastra mudah dicerna dan yang mendengarkan merasa dihormati dan dimulyakan melalui sebuah karya sastra.

Implementasi peran mata kuliah bahasa, sastra dan agama mampu mendampingi fungsi agama antara lain: pertama, fungsi edukatif (agama menjadi sumber ilmu pengetahuan mengenai hidup dan kehidupan). Dengan pengetahuan, manusia beragama melakukan interpretasi, refleksi, dan evaluasi sehingga hidup lebih bermakna. Dari berbagai sastrawan agama dan hasil karya sastra di pelajari oleh mahasiswa hingga pada pemahaman makna.

Kedua, Fungsi penyelamatan, yang tergambar dalam anjuran kebaikan dari ajaran kitab suci. Mahasiswa diajak untuk mengamati fenomena dan aturan hukum agama yang dibalut dalam karya sastra. Ketiga, fungsi kontrol sosial, dimana agama menawarkan norma dan kesusilaan untuk mencapai tujuan bermasyarakat dan menyeleksi norma yang berlaku. Mahasiswa harus mampu tampil sebagai kontrol sosial dari ketrampilan bahasanya.

Keempat, fungsi memupuk persaudaraan, karena agama mengajarkan perdamaian. Dengan bahasa, sastra dan agama mengajak mahasiswa untuk mampu memahami nilai dan norma secara universal sehingga tercipta persaudaraan. Kelima, fungsi transformasi, yaitu mengubah bentuk masyarakat lama ke dalam bentuk baru yang lebih baik. Kualitas bahasa, sastra dan agama yang baik akan mampu memberi perubahan yang lebih baik dalam lingkungan. Dapat kita lihat mahasiswa prodi sastra Indonesia memiliki kesantunan bahasa yang lebih baik.

Menurut Dr. Amaliyah selaku pengampu mata kuliah bahasa, sastra dan agama menjelaskan bahwa implementasi humanis religius sebagai visi misi universitas Pamulang, juga harus mampu diaktualisasikan pada semua mata kuliah dalam konsep tema dan pengajaran. Dalam mata kuliah bahasa, sastra dan agama memiliki metode hubungan pengalaman dan interpretasi, Peran komunitas agama dan paradigmanya, dan dalam penggunaan analogi dan model.

Karena manusia terdiri atas dua unsur, yaitu jasmani dan rohani secara otomatis kedua unsur itu memiliki kebutuhan-kebutuhan tersendiri. Kebutuhan jasmani dipenuhi oleh Sastra dan teknologi, sedangkan kebutuhan rohani dipenuhi oleh agama dan moralitas. Ketrampilan hidup (life skills) tersebut juga tidak lepas dari pengembangan akal, hati dan jasmani sebagai potensi berpikir dan berprestasi menuju keseimbangan dua sisi potensi dalam diri manusia, baik sebagai ‘abd Allah maupun khalifah Allah serta mampu menyeimbangkan hablun min Allah dan hablun min al-nas.

You might also like
Leave A Reply

Your email address will not be published.