Gubernur DKI : Ada 3 Front Ancaman Banjir di Jakarta
Siberkota.com, Jakarta – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan laksanakan apel gabungan bersama Forkompinda dan relawan di kawasan Monumen Nasional (Monas), Rabu (13/10/2021) pagi. Ada sejumlah pesan yang disampaikan terkait antisipasi bencana banjir dimusim hujan.
Apel itu juga turut dihadiri oleh 1.400 peserta yang terdiri dari jajaran SKPD DKI, TNI, Polri, dan relawan dari berbagai unsur baik LSM dan perguruan tinggi. “Ibu kota kita, Jakarta secara topografis berada di daratan yang rendah. Posisi kita memang rendah. Di sisi selatan ada pegunungan, dan di sisi utara ada lautan. Karena itu seluruh peserta apel yang hadir pada pagi hari ini, saya ingin memesankan beberapa butir untuk jadi perhatian,” ucap Anies
Dijabarkan lebih lanjut, ada tiga front yang dihadapi Jakarta saat musim hujan ini. Front pertama adalah di pesisir utara, di sana pada saat air laut permukaannya meninggi, maka dapat beepotensi rob. Apabila pada saat yang bersamaan terjadi hujan deras, aliran sungai menuju muara akan bertemu dengan permukaan air laut yang lebih tinggi.
Di situ dinilai diperlukan kerja ekstra untuk bisa memompa agar dapat dipastikan bahwa air sungai di muara bisa mengalir dengan baik dan masyarakat di utara terhindar dari potensi rob. “Ini front pertama di muara,” ungkapnya.
Kedua, di sisi selatan Jakarta adalah pegunungan dan mengalirkan air melalui 13 sungai yang masuk Jakarta. Tidak ada kota lain di Indonesia atau bahkan di Pulau Jawa yang dilewati 13 sungai seperti Jakarta menurut Anies.
Sebanyak 13 sungai ini memiliki kapasitas daya tampung air besarnya 2.300 meter kubik. Apabila air yang mengalir akibat hujan deras masuk ke Jakarta sampai dengan 2.300 meter kubik per detik, maka Jakarta masih bisa menampungnya.
“Ini front kedua yang harus kita antisipasi bila hujan lebat bukan di Kota Jakarta tapi di sisi selatan Jakarta yang mengakibatkan air itu mengalir melalui sungai di dalam kota kita,” paparnya.
Front ketiga adalah hujan bisa terjadi amat deras di dalam kota Jakarta dan dengan perubahan iklim yang dirasakan dua tiga dekade terakhir, dipastikan bahwa musim hujan dan musim kemarau tidak lagi bisa ditandai dengan lebatnya hujan.
“Dari tiga front ini, semuanya harus kita hadapi. Mungkin bersamaan, ada masannya kita berhadapan dengan front pertama saja, di utara terjadi rob tidak ada hujan tidak ada kiriman air. Tapi bisa terjadi di sisi selatant erjadi hujan lebat sehingga air masuk ke Jakarta, di saat yang sama Jakarta turun hujan lebat sehingga draniase kita dipenuhi air dan di sisi utara terjadi kenaikan permukaan air laut. Itu kondisi yang harus kita antisipasi,” pungkasnya.